Share this history on :

Senin, 07 Januari 2013

0 Gunung Dalam Perspektif Islam


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!


GUNUNG DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Mata kuliah : Islam dan Sains
Dosen Pengampu : Nurochman, M.Kom


Disusun oleh :
  1. Erma Suryani (10651034)
  2. Muhammad Dahlan (10651035)
  3. Dwi Putri Kurniawati (10651036)
  4. Laksminta Sasti (10651037)


PRODI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012



BAB I
PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang
Gunung merupakan suatu bentuk permukaan tanah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan tanah di sekelilingnya. Gunung pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan bukit, tetapi bukit di suatu tempat bisa jadi lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang disebut gunung ditempat yang lain. Gunung memiliki lereng yang curam dan tajam bisa juga dikelilingi beberapa puncak atau pegunungan. Pada beberapa ketinggian gunung bisa memiliki dua atau lebih iklim, jenis tumbuh- tumbuhan, dan kehidupan yang berbeda. Pada umumnya iklim menjadi lebih dingin dan basah dengan semakin bertambahnya ketinggian. Kebanyakan gunung yang menjulang tinggi sekitar 600m dari permukaan tanah disekelilingnya memiliki dua daerah iklim.
Gunung juga bisa hanya memiliki satu puncak, atau merupakan salah satu bagian dari beberapa gunung. Sekelompok gunung dapat membentuk suatu pegunungan. Beberapa gunung berapi seperti Semeru, Merapi, Agung dan Ciremei berbentuk klasik, tetapi gunung Tengger dan Batur memiliki kaldera, puncaknya meletus meninggalkan dataran atau danau dengan puncak kecil ditengahnya. Kompleks Gn.Batur memiliki kaldera terbesar dan terindah di dunia.
Sebuah gunung yang berada di bawah permukaan laut sama seperti gunung yang berada di atas daratan. Beberapa pulau adalah sebuah gunung yang berada di samudera dengan puncaknya yang muncul ke permukaan air misalnya anak krakatau yang muncul ke permukaan air, pulau Jawa dan Bali terbentuk dari beberapa gunung berapi.
Pegunungan Atlantic yang seluruhnya berada di bawah laut merupakan pegunungan terpanjang di dunia, yang membentang lebih dari 16.000 km mulai dari Samudera Atlantic bagian utara dekat Antartika. Beberapa punggung menjulang tinggi membentuk kepulauan, seperti kepulauan Iceland dan Azores. Ketinggian suatu gunung menunjukkan seberapa tinggi puncak tersebut menjulang dari dasar laut. Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian 8.848mdpl.
Pegunungan sangat berperan penting dalam kehidupan karena ikut menentukan iklim dan aliran air di sekitarnya, berperan penting bagi jenis tumbuhan dan binatang tertentu, sebagai sumber mineral, selain itu pegunungan juga menentukan pola transportasi, komunikasi dan pemukiman.

Pegunungan sangat mempengaruhi aliran udara dan curah hujan. Suhu udara menjadi turun dengan semakin bertambahnya ketinggian. Udara dingin tidak dapat menahan kelembaban udara sebanyak udara hangat. Ketika udara hangat bertiup ke atas gunung menjadi dingin dan menguap menjadi embun dan menjadi titik-titik air. Air ini turun mengikuti arah angin menjadi hujan atau kristal salju. Pada saat udara melewati puncak gunung, menjadi kehilangan kelembabannya. Dan akibatnya sisi gunung yang berlawanan dengan arah angin menjadi lebih kering dibandingkan sisi yang menghadap arah angin. Daerah kering yang berlawanan dengan arah angin ini disebut bayangan hujan. Banyak sekali padang pasir di dunia ini berada di wilayah bayangan hujan.
Gunung sangat berpengaruh bagi terpenuhinya kebutuhan air untuk daerah yang sangat luas. Hal ini dikarenakan banyaknya curah hujan yang turun di lereng-lereng gunung, kebanyakan hulu sungai berasal dari gunung. Beberapa gunung bersalju berfungsi sebagai penampungan air, yang meleleh pada musim panas, dan mengairi sungai selama musim panas. Aliran sungai dari gunung yang curam dan deras dapat di manfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air. Sungai Bengawan Solo yang mengalir hingga sebelah utara kota Surabaya, airnya berasal dari lereng Gn.Merapi dan Gn.Lawu
Gunung memiliki keaneka ragaman untuk berbagai ketinggian yang berbeda, yang menjadi tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan binatang tertentu. Beberapa jenis mahkluk hidup hanya dapat bertahan di udara yang dingin di puncak-puncak gunung.
Kebanyakan sumber mineral berasal dari daerah pegunungan. Gunung terbentuk dari proses geologi seperti letusan gunung dan gempa bumi. Proses ini bisa membawa mineral-mineral yang berharga ke atas mendekati permukaan tanah sehingga dapat dilakukan penambangan.
Di berbagai belahan bumi gunung dapat menjadi penghambat bagi terjalinnya hungungan transportasi, pemukiman, dan komunikasi. Dengan terisolasinya masyarakat oleh gunung menciptakan beraneka ragam kebudayaan. Di pegunungan alpen swis yang berbukit-bukit, telah memunculkan ratusan dialek dan empat macam bahasa. Masyarakat pegunungan tengger hingga kini tetap mewarisi berbagai tradisi sejak jaman Majapahit.
Gunung juga dapat menjadi tempat tujuan wisata yang penuh tantangan. Berbagai kegiatan seperti berkemah, mendaki gunung, panjat tebing, pengamatan satwa dan penelitian fauna, atau sekedar mencari hawa segar pegunungan dan menyaksikan pemandangan yang indah.

Mengingat begitu banyaknya peran gunung bagi alam semesta beserta makhluknya, maka dipilihlah judul makalah ini yang kemudian akan dibandingkan dengan gunung menurut perspektif Islam.

    1. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan pada makalah ini, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
  1. Sejarah terbentuknya gunung menurut ilmu geologi
  2. Ayat-ayat tentang gunung yang terdapat dalam Al-Qur’an
  3. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang hakikat gunung-gunung
  4. Wahyu-wahyu yang turun tentang gunung

    1. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
  1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Islam dan Sains
  2. Guna mengetahui sejarah terbentuknya Gunung secara geologis
  3. Untuk mengetahui ayat – ayat tentang gunung yang terdapat dalam Al-Qur’an.
  4. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an tentang hakikat gunung-gunung
  5. Untuk mengetahui wahyu-wahyu yang turun tentang gunung.

BAB II
PEMBAHASAN

    1. Sejarah Terbentuknya Gunung menurut Ilmu Geologi
Suatu hal yang tadinya tidak masuk akal dikemukakan sekitar tiga abad yang lalu bahwa massa daratan raksasa seperti Asia, Eropa dan Amerika nyatanya tidak terpancang teguh di permukaan bumi dan sebenarnya bergerak ke beberapa arah. Tetapi baru pada tahun 1912, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mempublikasikan pandangannya yang kontroversial tentang pergeseran benua dimana menurutnya 300 juta tahun yang lalu semua benua-benua besar sebenarnya bersatu dalam satu massa daratan, yang kemudian bergeser menjauh satu sama lain. Satu-satunya bukti yang signifikan dari pandangannya pada saat itu adalah pencocokan jigsaw dari struktur-struktur geologis massa daratan benua-benua yang berbatasan serta persamaan tanaman dan kehidupan hewannya. Selama masa hayatnya, teorinya ini dianggap sebagai suatu yang absurd dan baru pada tahun 1960-an mendapat perhatian serius orang. Melalui investigasi yang melibatkan beberapa disiplin keilmuan, termasuk observasi satelit angkasa, muncullah bidang studi baru yang disebut plate tectonics tersebut. Rangkuman dari sifat-sifat dasar teori tersebut dan pengetahuan yang dimiliki manusia sekarang ini tentang proses geologis bumi akan dirinci di bawah ini.
  1. Bagian dalam bumi terdiri dari dua inti dalam dan luar berbentuk besi dan nikel cair dengan temperatur 55000. Daerah ini dikitari oleh bagian yang lebih dingin dan lebih tebal dari bahan bebatuan dengan ketebalan 3000 kilometer yang disebut sebagai mantel bumi. Daerah paling luar adalah bagian tipis yang disebut sebagai kerak bumi. Bagian ini mengapung di atas mantel laiknya rakit di atas air danau. Kerak ini terdiri dari kerak benua (continental crust) di atas mana kita hidup, sifatnya ringan dan tebalnya sekitar 100 kilometer, sedangkan yang lainnya adalah kerak samudra (oceanic crust) yang terdiri dari material bebatuan yang lebih padat dan berada di bawah lautan.
  2. Kerak bumi terdiri 12 lempengan seperti Eurasia, Afrika dan Amerika yang mengambang di atas mantel dalam. Lempengan tersebut terdorong bergerak dalam suatu pola lingkaran yang kompleks, dimana ada lempengan yang bergerak mendekat, ada yang bergerak menjauh dan ada pula yang saling menggeser dengan lempengan lain. Meski kecepatan gerak lempengan itu terlalu kecil untuk bisa dilihat mata karena hanya beberapa centimeter per tahunnya, tetapi dalam jangka waktu ratusan juta tahun maka jaraknya menjadi amat besar seperti yang kita jumpai antar benua sekarang ini.
  3. Jika dua lempengan benua bergerak tepung satu sama lain maka bahan yang terdapat di tepian lempengan akan naik mencuat permukaannya dimana terciptalah gunung-gunung pada saat itu. Adapun lempengan samudera bila mendekat atau bergerak menjauh satu sama lain, akan mencipta palung-palung di dasar samudra. Dengan demikian gunung-gunung nyatanya mewujud akibat dari gerakan dan benturan lempengan benua. Lempengan India terlepas dari lempengan Afrika sekitar 200 juta tahun yang lalu dan kemudian bertumburan dengan lempengan Eurasia dengan akibat terbentuknya dataran tinggi pegunungan Himalaya yang besar itu. Lempengan benua raksasa ini masih tetap bergerak dan karena itu pegunungan Himalaya masih terus bertambah tinggi sampai dengan hari ini.
Apa yang menjadi hakikat dari daya yang menggerakkan lempengan tektonik raksasa itu masih belum dipahami sepenuhnya dan masih terus diteliti secara intensif. Namun pada umumnya disepakati bahwa daya gerak itu muncul dari proses konfeksi dan sirkulasi bahan mantel yang terdorong dari inti bumi yang panas. Prosesnya mirip dengan air panas di dalam teko yang dipanasi dari bawah. Meski terlihat ajaib, sebenarnya kaidah fisika dan proses dasar yang terdapat dalam sirkulasi mantel di dalam bumi adalah sama dengan sirkulasi udara di atmosfir yang naik di daerah tropis dan turun di daerah bujur yang lebih dingin. Proses itu juga yang membentuk awan-awan di atmosfir bumi.
Bagian dalam bumi selama ini berubah terus menerus, dan merupakan media yang hidup dan dinamis sejak mewujudnya sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Gerak dari lempengan tektonik mengarah pada pembentukan atau penghancuran dari massa daratan, gunung-gunung di permukaan bumi serta palungan di dasar samudra. Tanpa adanya gerakan dari lempengan tektonik maka massa daratan beserta semua gunung-gunungnya sudah lama sirna sejak dulu akibat dari proses erosi yang berkelanjutan. Seluruh bumi tentunya sudah tertutup oleh lautan. Mahluk daratan dan kehidupan manusia seperti yang sekarang ada di muka bumi yang memiliki sungai, air minum, sumber makanan dan kebutuhan lain bagi eksistensi manusia, jadinya tidak mungkin tanpa adanya gerakan dari lempengan tektonik serta keberadaan gunung-gunung.
Apakah konsep dan proses luar biasa yang diuraikan di atas itu hanyalah reka-rekaan berdasar suatu teori baru yang masih harus diuji? Apakah kita memiliki bukti telaah yang cukup untuk membenarkan ide yang revolusioner demikian?
       Jawaban singkatnya adalah sekarang ini banyak bukti meyakinkan yang diperoleh dari berbagai bidang studi (seperti struktur geologi, magnetit, fosil-fosil, hayati tumbuhan dan hewan dan lain sebagainya) yang membuktikan bahwa teori lempengan tektonik itu memang benar adanya. Semua ini marak sekitar 50 tahun terakhir. Bukti yang paling persuasif diperoleh dari telaah langsung atas gerakan benua-benua melalui instrumen berbasis daratan dan yang dibawa satelit angkasa. Semua observasi yang dilakukan secara amat presisi itu mengindikasikan bahwa benua-benua bergerak satu sama lain. Benua Amerika Utara contohnya, bergerak menjauh dari Eropa sekitar 3 sentimeter setiap tahunnya. Meski gerakan itu sepertinya amat kecil, tetapi nyatanya telah mencipta samudra Atlantik dalam kurun waktu 300 juta tahun.

Gambar 1. Struktur Internal Bumi
Pada lapisan mantel (mantle)  berupa cairan kental, sedangkan kerak bumi berupa lapisan yang keras yang “mengapung” diatas mantel adalah kerak bumi dimana lempeng benua dan samudra berada. Lempeng-lempeng tersebut dan batasnya dapat kita lihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Lempeng Bumi
Batas bergaris merah menunjukkan adanya tumbukan sedangkan garis hijau lempeng terus menjauh. Dua lempeng yang mengalami tumbukan salah satunya dapat digambarkan seperti pada gambar berikut:


Gambar 3. Tumbukan lempeng
Terlihat munculnya deretan gunung berapi pada daerah tumbukan lempeng tersebut.

Gambar 4. Gunung pada tumbukan lempeng
Dan di daerah tersebut akan sering mengalami goncangan-goncangan atau gempa bumi. Dari peristiwa diatas lokasi-lokasi gunung berapi dan gempa bumi di bumi sebagaimana gambar berikut:

Gambar 5. Gunung api dan Gempa bumi

    1. Ayat Tentang Gunung dalam Al-Qur’an
Al Qur’an Allah SWT menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa Arab. Yang pertama kata jamak ‘jibal’ dan disebut sebanyak 33 kali, manakala kata tunggal ‘jabal’ disebut enam kali dan yang kedua kata ‘rawasi’ yang diulang sebanyak 10 kali.
Menurut Rosihan dan Fadlullah, istilah jabal lebih bersifat umum, sedangkan rawasi kemungkinan dimaksudkan khusus untuk menyebutkan gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi. Kata rawasi bermakna sesuatu yang dapat membuat benda yang bergoncang menjadi diam, dalam hal ini benda yang bergoncang adalah bumi.
Penggunaan isim makrifat (al) yang mendahului kata ard dalam Surah Al-Nahl ayat 15. Isim (kata benda) ini menunjukkan pengkhususan, dalam hal ini pengkhususan bagian tertentu daripada bumi. Ini bererti ‘gunung’ dimaksudkan dalam ayat berkenaan tidak terdapat di seluruh permukaan bumi, akan tetapi hanya pada wilayah tertentu. Wilayah yang berkenaan kemungkinan adalah batas-batas lempeng.
Bagian lain setelah kata rawasi dalam Surah Al-Nahl ayat 15 adalah perkataan tamiida bikum yang bermakna ‘supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu.’ Perkataan ini mungkin menunjukkan ‘gunung’, yang dibicarakan dalam ayat itu ialah gunung berada dekat dengan permukiman manusia, yakni gunung-gunung di batas lempeng konvergen. Gunung di bawah laut (batas lempeng divergen) mungkin tidak termasuk dalam ‘gunung’ yang dibicarakan ayat ini.

    1. Ayat-ayat Al-Quran Tentang Hakikat Gunung-gunung
Dalam Al-Quran banyak referensi tentang hakikat dan kegunaan gunung-gunung, khususnya ayat-ayat berikut di bawah ini yang mengandung deskripsi grafis dan adanya berbagai penafsiran berbeda tentang hal itu.

Artinya: ‘Dan Dia telah menegakkan di bumi gunung-gunung, supaya jangan sampai berguncang bersama kamu dan sungai-sungai serta jalan-jalan, supaya kamu dapat menemukan jalan ke tempat yang dituju.’ (Q.S An-Nahl:15)
 

Artinya: “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk”.(Q.S. Al-Anbiya’: 31)

Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam kedua ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern. Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung.
Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi. Jadi, Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah.
 

Artinya: ‘Tidakkah Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?’ (Q.S. An-Naba: 6-7)

Maksud dari ayat tersebut dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)
Sebuah buku berjudul Earth menyatakan bahwa gunung-gunung mempunyai akar di bawah mereka. Akar ini menghunjam dalam, sehingga seolah gunung-gunung mempunyai bentuk bagaikan pasak (lihat gambar 6 dan 7).

Gambar 6. Gunung-gunung memiliki akar yang dalam di bawah permukaan tanah.
(Earth, Press dan Siever, hal. 413)
 

Gambar 7. Bagan potongan melintang. Gunung-gunung, sebagaimana pasak,
memiliki akar yang menghunjam di bawah tanah.
(Anatomy of the Earth, Cailleux, hal. 220)

Ilmu bumi moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata "pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19. 
                                                                                وَإِذَاالْجِبَالُسُيِّرَتْ
 

Artinya: ‘Dan apabila gunung-gunung digerakkan.’ (Q.S. At-Takwir: 3)

وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ



Artinya: ‘Dan Kami telah membentangkan bumi ini dan Kami tegakkan gunung-gunung yang kokoh di dalamnya dan juga Kami tumbuhkan di dalamnya segala sesuatu dengan perimbangan yang tepat.’ (Q.S. Al-Hijr:19)

Artinya: ‘Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.’ (Q.S Fushshilat:10)

 

Artinya: ‘Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (Q.S. An-Naml:88)

Ayat-ayat Al-Quran di atas bisa ditafsirkan menurut pengertian ruhaniah dimana makna dari gunung-gunung adalah kekuatan duniawi atau pribadi-pribadi ruhaniah yang akbar seperti para rasul Tuhan dan karena itu merupakan nubuatan yang sebagian sudah mewujud dan yang lainnya akan merupa pada saatnya. Penafsiran phisikal juga ada diberikan berkaitan dengan pandangan ilmu pengetahuan di suatu masa serta sudah dibahas secara rinci dalam beberapa tafsir akbar Al-Quran (2 – 4).
Telaah mendalam serta renungan atas ayat-ayat di atas membawa kita kepada konsep umum Al-Quran tentang gunung-gunung yang telah diwahyukan lebih dari 1400 tahun yang lalu, yaitu:
  1. Permukaan bumi dimana kita hidup selalu terpengaruh oleh gerakan yang ada di bawah kita.
  2. Gunung-gunung berperan sebagai pasak bumi atau pancang yang menahan gerakan benda.
  3. Formasi dan eksistensi dari gunung-gunung mempunyai peran dalam terciptanya jalan-jalan, sungai-sungai, air minum, makanan manusia dan sarana kebutuhan eksistensi mahluk hidup lainnya.
  4. Gunung-gunung di mata kita terlihat stasioner dan terhunjam teguh di permukaan bumi, padahal mereka sebenarnya bergerak dan gerakan mereka itu mirip dengan awan.
Tinjauan Al-Quran seperti yang digariskan di atas, khususnya ayat surah An-Naml: 88, kelihatannya seperti bertentangan dengan pandangan umum tentang kekakuan atau rigiditas bumi dan gunung-gunungnya dan telah menjadi suatu hal yang menyulitkan bagi para juru tafsir di masa lalu. Namun dalam beberapa dasawarsa terakhir banyak sekali informasi yang telah terungkap tentang formasi, struktur, sejarah geologis dan proses internal daripada bumi. Bumi sekarang ini tidak lagi dipandang sebagai suatu wujud badan yang solid dan rigid lagi, tetapi sebagai planet yang dinamis, hidup dan selalu berubah. Akibat dari itu adalah munculnya bidang studi yang disebut plate tectonics (tektonika lempengan bumi). Temuan di bidang studi ini nyatanya sejalan dengan subyek Al-Quran yang kita bahas di atas dan kami akan mengulas dasar-dasar sifat teori tersebut yang sekarang sudah sama diterima oleh komunitas ilmu pengetahuan.

2.4 Wahyu Al-Quran Tentang Gunung-Gunung
Perbandingan dari pengetahuan manusia yang paling anyar tentang fitrat dari gunung-gunung berdasar bahan-bahan dasar lempengan tektonik seperti yang digariskan di atas, dengan deskripsi ayat-ayat Al-Quran tersebut, mengindikasikan adanya validasi yang mencengangkan dari ayat-ayat yang diwahyukan lebih dari 1400 tahun yang lalu. Disamping penafsiran metaforika, sekarang kita juga bisa meyakini bahwa deskripsi Al-Quran tentang gunung-gunung ternyata juga benar secara harfiah, meski di masa lalu sepertinya tidak masuk akal. Dari penelitian ilmiah, sekarang ini kita mengetahui bahwa:
  1. Walau pegunungan terlihat stasioner dengan massa yang demikian masif dan rigid, nyatanya mereka secara phisikal juga bergerak relatif terhadap benda-benda lain di permukaan bumi.
  2. Pegunungan mempunyai peran yang sama dengan pasak atau pancang di bumi guna menahan gerakan benda-benda lain, meski pasak itu sendiri atau gunung itu ikut bergerak.
  3. Proses phisikal yang menyebabkan gerakan dari gunung-gunung, ajaibnya mirip dengan proses pembentukan dan gerakan awan yaitu konfeksi dan sirkulasi massa udara di atmosfir bumi.
  4. Pembentukan atau formasi pegunungan menjurus pada eksistensi dari massa daratan, jalan-jalan dan bentuk sarana transportasi darat, disamping juga munculnya sungai-sungai dan air segar. Kehidupan manusia dan mahluk lainnya seperti yang kita lihat di muka bumi sekarang ini, tidak akan mungkin tanpa adanya proses yang menjurus pada pembentukan pegunungan.
Wahyu dan validasi dari rahasia-rahasia tersembunyi di alam serta pembentukan pegunungan sungguh merupakan suatu yang ajaib. Suatu deskripsi yang jelas dan grafis tentang hakikat pegunungan telah terbuka bagi para pembaca Al-Quran sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu namun nyatanya baru belakangan ini tafsir ayat-ayatnya menjadi jelas benar. Dari sini kita bisa melihat bahwa ayat-ayat Al-Quran terus menerus mendapatkan validasinya di setiap zaman dengan adanya temuan dan pengetahuan baru, yang semuanya menjadi bukti guna memperkuat keimanan pada asal mulanya dari Ilahi.
Berikut ini dua ayat Al-Quran yang bersifat nubuatan tentang kedua aspek itu:

Artinya: ‘Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya.’ (Q.S. Al-Hijr: 9)

Ayat ini mengandung salah satu nubuatan luar biasa tentang Al-Quran, dimana pemenuhannya merupakan bukti berkelanjutan bahwa ia memang berasal dari Tuhan. Kitab ini selain mengungkapkan janji untuk menjaga kesucian ayat-ayat yang diwahyukan dari segala perubahan dan interpolasi, tetapi yang lebih penting lagi ialah validitas maknanya serta penafsirannya dengan berjalannya waktu. Bahwa teks phisikal Al-Quran secara kata demi kata adalah identik dengan Al-Quran yang diwahyukan di masa Rasulullah saw sudah sama diakui dan tidak bisa dipungkiri dari telaah-telaah ilmiah. Yang sekarang ini dipenuhi adalah janji pemeliharaan validitas penafsiran serta isi intelektualnya. Percepatan akumulasi kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi bukti yang menguatkan sumber Ilahiahnya, sejalan dengan pernyataan:
 

Artinya: ‘Maka tidakkah mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan andaikata Al-Quran ini dari wujud lain yang bukan Allah, niscaya mereka akan mendapati di dalamnya banyak pertentangan.’ (Q.S. An-Nisa:83)

BAB III
PENUTUP
    1. Kesimpulan
Banyak ayat-ayat al-Qur’an mengetengahkan peran gunung-gunung di planet bumi dan menjelaskan berbagai kegunaan dan tipologi gunung. Di antara ragam kegunaan dan tipologi itu adalah sebagai berikut:
  1. Gunung-gunung dimanfaatkan sebagai rumah dan tempat perlindungan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
  2. Ragam jenis bebatuan dan tanah dengan aneka warna yang terdapat di dalamnya.
  3. Gunung-gunung juga bergerak berbeda dengan bentuk lahirnya yang tampak permanen.
  4. Gunung-gunung bertasbih dan memuji Allah SWT.
  5. Gunung-gunung memainkan peran sebagai pasak bagi bumi.
  6. Gunung-gunung memelihara kesatuan dan keseimbangan bumi.

    1. Saran
Dari beberapa uraian mengenai ayat-ayat yang berhubungan dengan gunung di atas, hendaknya kita sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga dan melestarikan bumi serta isinya. Selain itu juga kita harus selalu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah dalam hidup kita.



DAFTAR PUSTAKA


www.alquran-indonesia.com
http://tamanjati.blogspot.com/2012/06/tafsir-alquran-tentang-gunung-bergerak.html

http://www.al-habib.info/review/al-quran-gunung-sebagai-pasak.htm
http://alkahfimumtaz.blogspot.com/2011/12/gunung-dalam-prespektif-islam.html
http://imenk05.blogspot.com/2009/07/fungsi-gunung.html
http://www.artikelislami.com/2010/04/fungsi-penciptaan-gunung-dalam-al-quran.html
http://goldenboy84.blogspot.com/2008/09/terbentuknya-gunung.html

0 komentar:

Posting Komentar