GUNUNG DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
Mata kuliah : Islam
dan Sains
Dosen Pengampu :
Nurochman, M.Kom
Disusun oleh :
- Erma Suryani (10651034)
- Muhammad Dahlan (10651035)
- Dwi Putri Kurniawati (10651036)
PRODI TEKNIK
INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Gunung merupakan
suatu bentuk permukaan tanah yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan permukaan tanah di sekelilingnya. Gunung pada umumnya lebih
besar dibandingkan dengan bukit, tetapi bukit di suatu tempat bisa
jadi lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang disebut gunung
ditempat yang lain. Gunung memiliki lereng yang curam dan tajam bisa
juga dikelilingi beberapa puncak atau pegunungan. Pada beberapa
ketinggian gunung bisa memiliki dua atau lebih iklim, jenis tumbuh-
tumbuhan, dan kehidupan yang berbeda. Pada umumnya iklim menjadi
lebih dingin dan basah dengan semakin bertambahnya ketinggian.
Kebanyakan gunung yang menjulang tinggi sekitar 600m dari permukaan
tanah disekelilingnya memiliki dua daerah iklim.
Gunung juga bisa
hanya memiliki satu puncak, atau merupakan salah satu bagian dari
beberapa gunung. Sekelompok gunung dapat membentuk suatu pegunungan.
Beberapa gunung berapi seperti Semeru, Merapi, Agung dan Ciremei
berbentuk klasik, tetapi gunung Tengger dan Batur memiliki kaldera,
puncaknya meletus meninggalkan dataran atau danau dengan puncak kecil
ditengahnya. Kompleks Gn.Batur memiliki kaldera terbesar dan terindah
di dunia.
Sebuah gunung yang
berada di bawah permukaan laut sama seperti gunung yang berada di
atas daratan. Beberapa pulau adalah sebuah gunung yang berada di
samudera dengan puncaknya yang muncul ke permukaan air misalnya anak
krakatau yang muncul ke permukaan air, pulau Jawa dan Bali terbentuk
dari beberapa gunung berapi.
Pegunungan Atlantic
yang seluruhnya berada di bawah laut merupakan pegunungan terpanjang
di dunia, yang membentang lebih dari 16.000 km mulai dari Samudera
Atlantic bagian utara dekat Antartika. Beberapa punggung menjulang
tinggi membentuk kepulauan, seperti kepulauan Iceland dan Azores.
Ketinggian suatu gunung menunjukkan seberapa tinggi puncak tersebut
menjulang dari dasar laut. Gunung Everest adalah gunung tertinggi di
dunia dengan ketinggian 8.848mdpl.
Pegunungan sangat
berperan penting dalam kehidupan karena ikut menentukan iklim dan
aliran air di sekitarnya, berperan penting bagi jenis tumbuhan dan
binatang tertentu, sebagai sumber mineral, selain itu pegunungan juga
menentukan pola transportasi, komunikasi dan pemukiman.
Pegunungan sangat
mempengaruhi aliran udara dan curah hujan. Suhu udara menjadi turun
dengan semakin bertambahnya ketinggian. Udara dingin tidak dapat
menahan kelembaban udara sebanyak udara hangat. Ketika udara hangat
bertiup ke atas gunung menjadi dingin dan menguap menjadi embun dan
menjadi titik-titik air. Air ini turun mengikuti arah angin menjadi
hujan atau kristal salju. Pada saat udara melewati puncak gunung,
menjadi kehilangan kelembabannya. Dan akibatnya sisi gunung yang
berlawanan dengan arah angin menjadi lebih kering dibandingkan sisi
yang menghadap arah angin. Daerah kering yang berlawanan dengan arah
angin ini disebut bayangan hujan. Banyak sekali padang pasir di dunia
ini berada di wilayah bayangan hujan.
Gunung sangat
berpengaruh bagi terpenuhinya kebutuhan air untuk daerah yang sangat
luas. Hal ini dikarenakan banyaknya curah hujan yang turun di
lereng-lereng gunung, kebanyakan hulu sungai berasal dari gunung.
Beberapa gunung bersalju berfungsi sebagai penampungan air, yang
meleleh pada musim panas, dan mengairi sungai selama musim panas.
Aliran sungai dari gunung yang curam dan deras dapat di manfaatkan
untuk pembangkit listrik tenaga air. Sungai Bengawan Solo yang
mengalir hingga sebelah utara kota Surabaya, airnya berasal dari
lereng Gn.Merapi dan Gn.Lawu
Gunung memiliki
keaneka ragaman untuk berbagai ketinggian yang berbeda, yang menjadi
tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan binatang tertentu. Beberapa
jenis mahkluk hidup hanya dapat bertahan di udara yang dingin di
puncak-puncak gunung.
Kebanyakan sumber
mineral berasal dari daerah pegunungan. Gunung terbentuk dari proses
geologi seperti letusan gunung dan gempa bumi. Proses ini bisa
membawa mineral-mineral yang berharga ke atas mendekati permukaan
tanah sehingga dapat dilakukan penambangan.
Di berbagai belahan
bumi gunung dapat menjadi penghambat bagi terjalinnya hungungan
transportasi, pemukiman, dan komunikasi. Dengan terisolasinya
masyarakat oleh gunung menciptakan beraneka ragam kebudayaan. Di
pegunungan alpen swis yang berbukit-bukit, telah memunculkan ratusan
dialek dan empat macam bahasa. Masyarakat pegunungan tengger hingga
kini tetap mewarisi berbagai tradisi sejak jaman Majapahit.
Gunung juga dapat
menjadi tempat tujuan wisata yang penuh tantangan. Berbagai kegiatan
seperti berkemah, mendaki gunung, panjat tebing, pengamatan satwa dan
penelitian fauna, atau sekedar mencari hawa segar pegunungan dan
menyaksikan pemandangan yang indah.
Mengingat begitu
banyaknya peran gunung bagi alam semesta beserta makhluknya, maka
dipilihlah judul makalah ini yang kemudian akan dibandingkan dengan
gunung menurut perspektif Islam.
- Batasan Masalah
Untuk memperjelas
ruang lingkup pembahasan pada makalah ini, maka masalah yang dibahas
dibatasi pada masalah :
- Sejarah terbentuknya gunung menurut ilmu geologi
- Ayat-ayat tentang gunung yang terdapat dalam Al-Qur’an
- Ayat-ayat Al-Qur’an tentang hakikat gunung-gunung
- Wahyu-wahyu yang turun tentang gunung
- Tujuan Penulisan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu:
- Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Islam dan Sains
- Guna mengetahui sejarah terbentuknya Gunung secara geologis
- Untuk mengetahui ayat – ayat tentang gunung yang terdapat dalam Al-Qur’an.
- Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an tentang hakikat gunung-gunung
- Untuk mengetahui wahyu-wahyu yang turun tentang gunung.
BAB II
PEMBAHASAN
- Sejarah Terbentuknya Gunung menurut Ilmu Geologi
Suatu hal yang
tadinya tidak masuk akal dikemukakan sekitar tiga abad yang lalu
bahwa massa daratan raksasa seperti Asia, Eropa dan Amerika nyatanya
tidak terpancang teguh di permukaan bumi dan sebenarnya bergerak ke
beberapa arah. Tetapi baru pada tahun 1912, seorang ilmuwan Jerman
bernama Alfred Wegener mempublikasikan pandangannya yang
kontroversial tentang pergeseran benua dimana menurutnya 300 juta
tahun yang lalu semua benua-benua besar sebenarnya bersatu dalam satu
massa daratan, yang kemudian bergeser menjauh satu sama lain.
Satu-satunya bukti yang signifikan dari pandangannya pada saat itu
adalah pencocokan jigsaw dari struktur-struktur geologis massa
daratan benua-benua yang berbatasan serta persamaan tanaman dan
kehidupan hewannya. Selama masa hayatnya, teorinya ini dianggap
sebagai suatu yang absurd dan baru pada tahun 1960-an mendapat
perhatian serius orang. Melalui investigasi yang melibatkan beberapa
disiplin keilmuan, termasuk observasi satelit angkasa, muncullah
bidang studi baru yang disebut plate tectonics tersebut. Rangkuman
dari sifat-sifat dasar teori tersebut dan pengetahuan yang dimiliki
manusia sekarang ini tentang proses geologis bumi akan dirinci di
bawah ini.
- Bagian dalam bumi terdiri dari dua inti dalam dan luar berbentuk besi dan nikel cair dengan temperatur 55000. Daerah ini dikitari oleh bagian yang lebih dingin dan lebih tebal dari bahan bebatuan dengan ketebalan 3000 kilometer yang disebut sebagai mantel bumi. Daerah paling luar adalah bagian tipis yang disebut sebagai kerak bumi. Bagian ini mengapung di atas mantel laiknya rakit di atas air danau. Kerak ini terdiri dari kerak benua (continental crust) di atas mana kita hidup, sifatnya ringan dan tebalnya sekitar 100 kilometer, sedangkan yang lainnya adalah kerak samudra (oceanic crust) yang terdiri dari material bebatuan yang lebih padat dan berada di bawah lautan.
- Kerak bumi terdiri 12 lempengan seperti Eurasia, Afrika dan Amerika yang mengambang di atas mantel dalam. Lempengan tersebut terdorong bergerak dalam suatu pola lingkaran yang kompleks, dimana ada lempengan yang bergerak mendekat, ada yang bergerak menjauh dan ada pula yang saling menggeser dengan lempengan lain. Meski kecepatan gerak lempengan itu terlalu kecil untuk bisa dilihat mata karena hanya beberapa centimeter per tahunnya, tetapi dalam jangka waktu ratusan juta tahun maka jaraknya menjadi amat besar seperti yang kita jumpai antar benua sekarang ini.
- Jika dua lempengan benua bergerak tepung satu sama lain maka bahan yang terdapat di tepian lempengan akan naik mencuat permukaannya dimana terciptalah gunung-gunung pada saat itu. Adapun lempengan samudera bila mendekat atau bergerak menjauh satu sama lain, akan mencipta palung-palung di dasar samudra. Dengan demikian gunung-gunung nyatanya mewujud akibat dari gerakan dan benturan lempengan benua. Lempengan India terlepas dari lempengan Afrika sekitar 200 juta tahun yang lalu dan kemudian bertumburan dengan lempengan Eurasia dengan akibat terbentuknya dataran tinggi pegunungan Himalaya yang besar itu. Lempengan benua raksasa ini masih tetap bergerak dan karena itu pegunungan Himalaya masih terus bertambah tinggi sampai dengan hari ini.
Apa yang menjadi
hakikat dari daya yang menggerakkan lempengan tektonik raksasa itu
masih belum dipahami sepenuhnya dan masih terus diteliti secara
intensif. Namun pada umumnya disepakati bahwa daya gerak itu muncul
dari proses konfeksi dan sirkulasi bahan mantel yang terdorong dari
inti bumi yang panas. Prosesnya mirip dengan air panas di dalam teko
yang dipanasi dari bawah. Meski terlihat ajaib, sebenarnya kaidah
fisika dan proses dasar yang terdapat dalam sirkulasi mantel di dalam
bumi adalah sama dengan sirkulasi udara di atmosfir yang naik di
daerah tropis dan turun di daerah bujur yang lebih dingin. Proses itu
juga yang membentuk awan-awan di atmosfir bumi.
Bagian dalam bumi
selama ini berubah terus menerus, dan merupakan media yang hidup dan
dinamis sejak mewujudnya sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Gerak
dari lempengan tektonik mengarah pada pembentukan atau penghancuran
dari massa daratan, gunung-gunung di permukaan bumi serta palungan di
dasar samudra. Tanpa adanya gerakan dari lempengan tektonik maka
massa daratan beserta semua gunung-gunungnya sudah lama sirna sejak
dulu akibat dari proses erosi yang berkelanjutan. Seluruh bumi
tentunya sudah tertutup oleh lautan. Mahluk daratan dan kehidupan
manusia seperti yang sekarang ada di muka bumi yang memiliki sungai,
air minum, sumber makanan dan kebutuhan lain bagi eksistensi manusia,
jadinya tidak mungkin tanpa adanya gerakan dari lempengan tektonik
serta keberadaan gunung-gunung.
Apakah konsep dan
proses luar biasa yang diuraikan di atas itu hanyalah reka-rekaan
berdasar suatu teori baru yang masih harus diuji? Apakah kita
memiliki bukti telaah yang cukup untuk membenarkan ide yang
revolusioner demikian?
Jawaban singkatnya
adalah sekarang ini banyak bukti meyakinkan yang diperoleh dari
berbagai bidang studi (seperti struktur geologi, magnetit,
fosil-fosil, hayati tumbuhan dan hewan dan lain sebagainya) yang
membuktikan bahwa teori lempengan tektonik itu memang benar adanya.
Semua ini marak sekitar 50 tahun terakhir. Bukti yang paling
persuasif diperoleh dari telaah langsung atas gerakan benua-benua
melalui instrumen berbasis daratan dan yang dibawa satelit angkasa.
Semua observasi yang dilakukan secara amat presisi itu
mengindikasikan bahwa benua-benua bergerak satu sama lain. Benua
Amerika Utara contohnya, bergerak menjauh dari Eropa sekitar 3
sentimeter setiap tahunnya. Meski
gerakan itu sepertinya amat kecil, tetapi nyatanya telah mencipta
samudra Atlantik dalam kurun waktu 300 juta tahun.
Gambar 1. Struktur
Internal Bumi
Pada lapisan mantel
(mantle) berupa cairan kental, sedangkan kerak bumi berupa
lapisan yang keras yang “mengapung” diatas mantel adalah kerak
bumi dimana lempeng benua dan samudra berada. Lempeng-lempeng
tersebut dan batasnya dapat kita lihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Lempeng
Bumi
Batas bergaris merah
menunjukkan adanya tumbukan sedangkan garis hijau lempeng terus
menjauh. Dua lempeng yang mengalami tumbukan salah satunya dapat
digambarkan seperti pada gambar berikut:
Gambar 3. Tumbukan
lempeng
Terlihat munculnya
deretan gunung berapi pada daerah tumbukan lempeng tersebut.
Gambar 4. Gunung
pada tumbukan lempeng
Dan di daerah
tersebut akan sering mengalami goncangan-goncangan atau gempa bumi.
Dari peristiwa diatas lokasi-lokasi gunung berapi dan gempa bumi
di bumi sebagaimana gambar berikut:
Gambar 5. Gunung api
dan Gempa bumi
- Ayat Tentang Gunung dalam Al-Qur’an
Al Qur’an Allah
SWT menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa Arab. Yang pertama
kata jamak ‘jibal’ dan disebut sebanyak 33 kali, manakala kata
tunggal ‘jabal’ disebut enam kali dan yang kedua kata ‘rawasi’
yang diulang sebanyak 10 kali.
Menurut Rosihan dan
Fadlullah, istilah jabal lebih bersifat umum, sedangkan rawasi
kemungkinan dimaksudkan khusus untuk menyebutkan gunung yang
berfungsi sebagai pasak bumi. Kata rawasi bermakna sesuatu yang dapat
membuat benda yang bergoncang menjadi diam, dalam hal ini benda yang
bergoncang adalah bumi.
Penggunaan isim
makrifat (al) yang mendahului kata ard dalam Surah Al-Nahl ayat 15.
Isim (kata benda) ini menunjukkan pengkhususan, dalam hal ini
pengkhususan bagian tertentu daripada bumi. Ini bererti ‘gunung’
dimaksudkan dalam ayat berkenaan tidak terdapat di seluruh permukaan
bumi, akan tetapi hanya pada wilayah tertentu. Wilayah yang berkenaan
kemungkinan adalah batas-batas lempeng.
Bagian lain setelah
kata rawasi dalam Surah Al-Nahl ayat 15 adalah perkataan tamiida
bikum yang bermakna ‘supaya ia tidak menghayun-hayunkan
kamu.’ Perkataan ini mungkin menunjukkan ‘gunung’, yang
dibicarakan dalam ayat itu ialah gunung berada dekat dengan
permukiman manusia, yakni gunung-gunung di batas lempeng konvergen.
Gunung di bawah laut (batas lempeng divergen) mungkin tidak termasuk
dalam ‘gunung’ yang dibicarakan ayat ini.
Dalam Al-Quran
banyak referensi tentang hakikat dan kegunaan gunung-gunung,
khususnya ayat-ayat berikut di bawah ini yang mengandung deskripsi
grafis dan adanya berbagai penafsiran berbeda tentang hal itu.
Artinya: ‘Dan Dia
telah menegakkan di bumi gunung-gunung, supaya jangan sampai
berguncang bersama kamu dan sungai-sungai serta jalan-jalan, supaya
kamu dapat menemukan jalan ke tempat yang dituju.’ (Q.S An-Nahl:15)
Artinya: “Dan
telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi
itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di
bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk”.(Q.S.
Al-Anbiya’: 31)
Sebagaimana
terlihat, dinyatakan dalam kedua ayat tersebut bahwa gunung-gunung
berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini
tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an
diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil
penemuan geologi modern. Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul
sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan
raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan,
lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya,
sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan
gunung.
Lapisan bawah
bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke
bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke
bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Jadi, Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang
sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam
menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah.
Artinya: ‘Tidakkah
Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan dan gunung-gunung
sebagai pasak?’ (Q.S. An-Naba: 6-7)
Maksud dari ayat
tersebut dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam
lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah
permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini.
Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari
terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara
lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung
dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan
dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah
"isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi:
kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi
bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New
Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New
York, s. 975)
Sebuah buku berjudul
Earth menyatakan bahwa gunung-gunung mempunyai akar di bawah
mereka. Akar ini menghunjam dalam, sehingga seolah gunung-gunung
mempunyai bentuk bagaikan pasak (lihat gambar 6 dan 7).
Gambar
6. Gunung-gunung memiliki akar yang dalam di bawah permukaan tanah.
(Earth,
Press dan Siever, hal. 413)
Gambar
7. Bagan potongan melintang. Gunung-gunung, sebagaimana pasak,
memiliki
akar yang menghunjam di bawah tanah.
(Anatomy
of the Earth, Cailleux, hal. 220)
Ilmu bumi moderen
telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah
dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian
mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk
menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata
"pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak
tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang
gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di
paruh kedua dari abad ke-19.
وَإِذَاالْجِبَالُسُيِّرَتْ
Artinya: ‘Dan
apabila gunung-gunung digerakkan.’ (Q.S. At-Takwir: 3)
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ
Artinya: ‘Dan Kami
telah membentangkan bumi ini dan Kami tegakkan gunung-gunung yang
kokoh di dalamnya dan juga Kami tumbuhkan di dalamnya segala sesuatu
dengan perimbangan yang tepat.’ (Q.S. Al-Hijr:19)
Artinya: ‘Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya.’ (Q.S Fushshilat:10)
Artinya: ‘Dan kamu
lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal
ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang
membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (Q.S. An-Naml:88)
Ayat-ayat Al-Quran
di atas bisa ditafsirkan menurut pengertian ruhaniah dimana makna
dari gunung-gunung adalah kekuatan duniawi atau pribadi-pribadi
ruhaniah yang akbar seperti para rasul Tuhan dan karena itu merupakan
nubuatan yang sebagian sudah mewujud dan yang lainnya akan merupa
pada saatnya. Penafsiran phisikal juga ada diberikan berkaitan dengan
pandangan ilmu pengetahuan di suatu masa serta sudah dibahas secara
rinci dalam beberapa tafsir akbar Al-Quran (2 – 4).
Telaah mendalam
serta renungan atas ayat-ayat di atas membawa kita kepada konsep umum
Al-Quran tentang gunung-gunung yang telah diwahyukan lebih dari 1400
tahun yang lalu, yaitu:
- Permukaan bumi dimana kita hidup selalu terpengaruh oleh gerakan yang ada di bawah kita.
- Gunung-gunung berperan sebagai pasak bumi atau pancang yang menahan gerakan benda.
- Formasi dan eksistensi dari gunung-gunung mempunyai peran dalam terciptanya jalan-jalan, sungai-sungai, air minum, makanan manusia dan sarana kebutuhan eksistensi mahluk hidup lainnya.
- Gunung-gunung di mata kita terlihat stasioner dan terhunjam teguh di permukaan bumi, padahal mereka sebenarnya bergerak dan gerakan mereka itu mirip dengan awan.
Tinjauan Al-Quran
seperti yang digariskan di atas, khususnya ayat surah An-Naml: 88,
kelihatannya seperti bertentangan dengan pandangan umum tentang
kekakuan atau rigiditas bumi dan gunung-gunungnya dan telah menjadi
suatu hal yang menyulitkan bagi para juru tafsir di masa lalu. Namun
dalam beberapa dasawarsa terakhir banyak sekali informasi yang telah
terungkap tentang formasi, struktur, sejarah geologis dan proses
internal daripada bumi. Bumi sekarang ini tidak lagi dipandang
sebagai suatu wujud badan yang solid dan rigid lagi, tetapi sebagai
planet yang dinamis, hidup dan selalu berubah. Akibat dari itu adalah
munculnya bidang studi yang disebut plate tectonics (tektonika
lempengan bumi). Temuan di bidang studi ini nyatanya sejalan dengan
subyek Al-Quran yang kita bahas di atas dan kami akan mengulas
dasar-dasar sifat teori tersebut yang sekarang sudah sama diterima
oleh komunitas ilmu pengetahuan.
2.4 Wahyu Al-Quran Tentang Gunung-Gunung
Perbandingan dari
pengetahuan manusia yang paling anyar tentang fitrat dari
gunung-gunung berdasar bahan-bahan dasar lempengan tektonik seperti
yang digariskan di atas, dengan deskripsi ayat-ayat Al-Quran
tersebut, mengindikasikan adanya validasi yang mencengangkan dari
ayat-ayat yang diwahyukan lebih dari 1400 tahun yang lalu. Disamping
penafsiran metaforika, sekarang kita juga bisa meyakini bahwa
deskripsi Al-Quran tentang gunung-gunung ternyata juga benar secara
harfiah, meski di masa lalu sepertinya tidak masuk akal. Dari
penelitian ilmiah, sekarang ini kita mengetahui bahwa:
- Walau pegunungan terlihat stasioner dengan massa yang demikian masif dan rigid, nyatanya mereka secara phisikal juga bergerak relatif terhadap benda-benda lain di permukaan bumi.
- Pegunungan mempunyai peran yang sama dengan pasak atau pancang di bumi guna menahan gerakan benda-benda lain, meski pasak itu sendiri atau gunung itu ikut bergerak.
- Proses phisikal yang menyebabkan gerakan dari gunung-gunung, ajaibnya mirip dengan proses pembentukan dan gerakan awan yaitu konfeksi dan sirkulasi massa udara di atmosfir bumi.
- Pembentukan atau formasi pegunungan menjurus pada eksistensi dari massa daratan, jalan-jalan dan bentuk sarana transportasi darat, disamping juga munculnya sungai-sungai dan air segar. Kehidupan manusia dan mahluk lainnya seperti yang kita lihat di muka bumi sekarang ini, tidak akan mungkin tanpa adanya proses yang menjurus pada pembentukan pegunungan.
Wahyu dan validasi
dari rahasia-rahasia tersembunyi di alam serta pembentukan pegunungan
sungguh merupakan suatu yang ajaib. Suatu deskripsi yang jelas dan
grafis tentang hakikat pegunungan telah terbuka bagi para pembaca
Al-Quran sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu namun nyatanya baru
belakangan ini tafsir ayat-ayatnya menjadi jelas benar. Dari sini
kita bisa melihat bahwa ayat-ayat Al-Quran terus menerus mendapatkan
validasinya di setiap zaman dengan adanya temuan dan pengetahuan
baru, yang semuanya menjadi bukti guna memperkuat keimanan pada asal
mulanya dari Ilahi.
Berikut ini dua ayat
Al-Quran yang bersifat nubuatan tentang kedua aspek itu:
Artinya:
‘Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan
sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya.’ (Q.S. Al-Hijr: 9)
Ayat ini mengandung
salah satu nubuatan luar biasa tentang Al-Quran, dimana pemenuhannya
merupakan bukti berkelanjutan bahwa ia memang berasal dari Tuhan.
Kitab ini selain mengungkapkan janji untuk menjaga kesucian ayat-ayat
yang diwahyukan dari segala perubahan dan interpolasi, tetapi yang
lebih penting lagi ialah validitas maknanya serta penafsirannya
dengan berjalannya waktu. Bahwa teks phisikal Al-Quran secara kata
demi kata adalah identik dengan Al-Quran yang diwahyukan di masa
Rasulullah saw sudah sama diakui dan tidak bisa dipungkiri dari
telaah-telaah ilmiah. Yang sekarang ini dipenuhi adalah janji
pemeliharaan validitas penafsiran serta isi intelektualnya.
Percepatan akumulasi kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi bukti
yang menguatkan sumber Ilahiahnya, sejalan dengan pernyataan:
Artinya: ‘Maka
tidakkah mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan andaikata Al-Quran
ini dari wujud lain yang bukan Allah, niscaya mereka akan mendapati
di dalamnya banyak pertentangan.’ (Q.S. An-Nisa:83)
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Banyak ayat-ayat
al-Qur’an mengetengahkan peran gunung-gunung di planet bumi dan
menjelaskan berbagai kegunaan dan tipologi gunung. Di antara ragam
kegunaan dan tipologi itu adalah sebagai berikut:
- Gunung-gunung dimanfaatkan sebagai rumah dan tempat perlindungan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
- Ragam jenis bebatuan dan tanah dengan aneka warna yang terdapat di dalamnya.
- Gunung-gunung juga bergerak berbeda dengan bentuk lahirnya yang tampak permanen.
- Gunung-gunung bertasbih dan memuji Allah SWT.
- Gunung-gunung memainkan peran sebagai pasak bagi bumi.
- Gunung-gunung memelihara kesatuan dan keseimbangan bumi.
- Saran
Dari beberapa uraian
mengenai ayat-ayat yang berhubungan dengan gunung di atas, hendaknya
kita sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga dan melestarikan
bumi serta isinya. Selain itu juga kita harus selalu mensyukuri
segala nikmat yang telah diberikan Allah dalam hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA
www.alquran-indonesia.com
http://tamanjati.blogspot.com/2012/06/tafsir-alquran-tentang-gunung-bergerak.html
http://www.al-habib.info/review/al-quran-gunung-sebagai-pasak.htm
http://alkahfimumtaz.blogspot.com/2011/12/gunung-dalam-prespektif-islam.html
http://imenk05.blogspot.com/2009/07/fungsi-gunung.html
http://www.artikelislami.com/2010/04/fungsi-penciptaan-gunung-dalam-al-quran.html
http://goldenboy84.blogspot.com/2008/09/terbentuknya-gunung.html
0 komentar:
Posting Komentar