Share this history on :

Jumat, 12 Oktober 2012

0 Historisitas Sejarah Hubungan Agama Dan Sains


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!

Firman Allah :
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَداً
(QS:18-109)

Katakanlah:
”Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (QS 18:109)
  • Pola Konflik Agama dan Sains 
 
  • KONFLIK ANTARA AGAMA DAN SAINS
1. Konflik antara agama dan sains telah dimulai sejak abad 15, ketika Galileo menentang paham geosentris (bumi merupakan pusat tata surya) yang dianut oleh gereja.
2. Galileo dianggap mengingkari keyakinan agamanya (kristen) bahwa bumi adalah pusat edar tata surya.
3. Ketaksesuaian agama dan sains berlanjut hingga masa sesudahnya (masa Newton / masa sains modern).
  • Transformasi Sains 
Sejarah sains Eropa masa kebangkitan (abad 14 dan 15) mencatat bahwa sains muncul tidak hanya dalam rangka melepaskan hegemonik gereja sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi, tetapi juga sebagai momentum transformasi sains ke dalam utilitas teknik (aplikasi nyata).

  •   Sains Modern
1. Para ahli sejarah sepakat bahwa sejarah perkembangan sains modern beserta aplikasi teknologi yang ada sekarang diawali oleh Newton (mekanika klasik).
2. Mekanika klasik Newton berdampak besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan saat itu.
3. Konsep mekanika klasik Newton bersifat mekanistik deterministik (apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan, maka kondisi berikutnya dapat diprediksi secara tepat).
  • Dampak Positif Paradigma Newton



  • Dampak Negatif Paradigma Newton
 

  • Puncak Konflik Agama dan Sains
 

  • Masa Reda Konflik Agama dan Sains
 

  • Perbedaan Paradigma dalam Konsep Energi-Ruang-Waktu
 

  • Hubungan Agama dan Sains pada Abad 21

 
                                     TIPOLOGI HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA 
  •  Pendahuluan
 
žDi akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci).
ž
Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)”.
 Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)

1. Tipologi Konflik

• Tipe ini terjadi karena agama dan sains sama-sama memberi klaim dalam domain(wilayah) yang sama.
• Contoh : agama dan sains sama-sama berhak menjelaskan tentang asal kejadian alam semesta, heliosentris-geosentris, dll
• Agama dan sains dipandang sebagai dua bidang yang saling bertentangan, sehingga orang hanya memilih satu : menolak agama dan menerima sains atau sebaliknya.


• Agama dan sains berada dalam dua ekstrim yang saling bertentangan, saling menegasikan kebenaran lawannya.
• Tipologi ini dianut oleh kelompok materialisme ilmiah dan kelompok literalisme kitab suci.

 

PENYEBAB KONFLIK

2. Tipologi Independensi

Pandangan ini berpendapat bahwa semestinya tidak perlu ada konflik karena sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci) berada pada domain yang berbeda, yaitu sains (ilmu pengetahuan) sebagai kajian atas alam sedangkan agama (kitab suci) sebagai rangkaian aturan (nilai) berperilaku dari Tuhan.

Pembicaraan tentang sains dan agama dapat dibedakan berdasarkan masalah yang ditelaah, domain yang dirujuk, dan metode yang digunakan.
• Antara sains dan agama mempunyai keinginan untuk saling mengakui perbedaan karakter masing – masing  .
• Keyakinan keagamaan bergantung sepenuhnya pada kehendak Tuhan, berbeda dengan sains yang keyakinannya berdasarkan penemuan manusia
• Sains dibangun berdasarkan pengamatan dan penalaran manusia, sedangkan agama dibangun berdasarkan wahyu Tuhan.
• Lingkup utama tindakan Tuhan adalah perilaku dan aturan untuk manusia sedangkan lingkup utama sains adalah alam semesta beserta semua fenomenanya.
  • Langdon Gilkey memetakan independensi antara sains dan agama :
    1. Sains menjelaskan data yang bersifat objek, publik dan dapat diulang, Agama berurusan dengan eksistensi tatanan dan keindahan dunia serta pengalaman kehidupan dakhil (rasa bersalah, kecemasan, pemaafan, kepercayaan, dll)
    2. Sains mengajukan pertanyaaan “bagaimana” yang obyektif, Agama mengajukan pertanyaan “mengapa” tentang makna tujuan serta asal mula dan takdir terakhir.
    3. Basis otoritas dalam sains adalah koherensi logis dan kesesuaian eksperimental, otoritas tertinggi agama adalah Tuhan dan wahyuNya
    4. Sains melakukan prediksi kuantitatif yang dapat diuji secara eksperimental, Agama harus menggunakan bahasa simbolis dan analogis karena Tuhan bersifat transenden (ghoib) .
3. Tipologi Dialog

Tipologi ini mencari (secara ilmiah) hubungan antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya.
 
• Hubungan antara sains dan agama dapat terjadi ketika sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri  (misalnya: mengapa alam semesta serba teratur?)
• Demikian pula dialog dapat terjadi ketika konsep sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi.
Dasar munculnya dialog antara sains dan agama :
• Adanya pra-anggapan dalam upaya ilmiyah yang memunculkan pertanyaan batas / fundamental ilmuwan dan agamawan dapat bekerja sama untuk menjelaskannya.
• Eksplorasi kesejajaran metode antara sains dan agama
• Analisis konsep dalam suatu bidang sains dengan bidang yang lain dalam agama


KESIMPULAN :Jadi, tipologi dialog berupaya mencari persamaan atau perbandingan secara metodologis dan konseptual antara agama dan sains.
4. Tipologi Integrasi

• Tipologi ini dapat terjadi pada kalangan yang mencari titik temu di antara keduanya.
• Tipologi ini menyerukan perumusan ulang gagasan-gagasan teologi tradisional yang lebih ekstensif dan sistematis daripada yang dilakukan oleh pendukung dialog.
• Tiga versi integrasi: natural theology, theology of nature,
sintesis sistematis.
 
1. Natural Theology 
 
  • Eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dari (didukung oleh) bukti desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan.
  • Thomas Aquinas: “beberapa sifat Tuhan dapat diketahui dari kitab suci, tetapi eksistensi Tuhan itu sendiri dapat diketahui hanya dari nalar”. Argumen kosmologinya: “Setiap peristiwa harus mempunyai ‘sebab’ sehingga kita harus mengakui ‘sebab pertama’ jika hendak menghindari siklus yang tak berujung pangkal”. Argumen teologinya “Ciri umum alam semesta adalah teratur dan intelijibel. Keteraturan dan intelijibilitas menunjukkan bukti tentang desain alam”.
  • Argumen dari Thomas Aquinas dikritik oleh David Hume.
  • David Hume: “Ada prinsip-prinsip pengatur yang bertanggung jawab atas pola-pola di alam. Itu terkandung di dalam organisme, bukan di luarnya”.
  • Pendapat David Hume mengarah ke eksistensi Tuhan yang terbatas atau eksistensi Tuhan yang tidak mengarah ke eksistensi Pencipta yang Maha Kuasa sebagaimana yang diyakini oleh agama monoteisme seperti Islam.
  • Muncullah kontra argumen dari Charles Darwin.
  • Charles Darwin: “Tuhan tidak merancang detail-detail partikuler dari spesies individual, tetapi mendesain hukum-hukum proses evolusi yang memungkinkan terbentuknya dengan tetap membiarkan detail-detail tetap terbuka bagi berbagai kemungkinan”.
2. Theology of Nature
 
3. Sintesis Sistematis


Oleh: Nurochman, M.Kom.
Sumber: Imelda Fajriati, M.Si




0 komentar:

Posting Komentar